Indonesia resmi mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III 2020 kembali ...
Indonesia resmi mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III 2020 kembali minus, yakni -3,49 persen. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 juga mencatat pertumbuhan -5,32 persen. Pertumbuhan ekonomi minus atau merosot selama 2 kwartal berturut-turut adalah ciri utama terjadinya resesi ekonomi suatu negara.
Penyebab utama dari resesi yang dialami oleh Indonesia dan juga beberapa negara di dunia ini adalah pandemi Covid-19. Sebab, selama pandemi ini, masyarakat cenderung menunda pembelian atau menunggu harga yang lebih rendah. Karena itulah aktivitas ekonomi melambat, dan terjadi resesi ekonomi.
Dalam kondisi resesi ekonomi, masyarakat denderung menahan dan menyimpan uangnya daripada membelanjakannya untuk meningkatkan konsumsi. Dampaknya, mereka yang memiliki keuangan berlebih untuk modal usaha pun jadi terhambat untuk memutar modalnya. Karena secara otomatis pertumbuhan usaha pun akan melambat akibat menurunnya angka penjualan.
Investasi menjadi salah satu pilihan yang bisa dilakukan, alih-alih hanya sekedar menyimpannya dalam bentuk rekening tabungan. Saat resesi akibat Covid-19, justru ada beberapa instrumen investasi yang bisa menjadi pilihan yang menguntungkan. Namun tentu saja, perlu lebih selektif dalam pemilihan instrumen investasi tersebut. Selektif disini artinya kita perlu lebih cermat dalam melakukan manajemen risiko yang disesuaikan dengan tujuan keuangan, baik dari segi risk, return, dan periode investasi.
Sebagai bahan pertimbangan, saat Indonesia resmi resesi, ini pilihan investasi yang aman dan menguntungkan, dirangkum dari berbagai sumber.
Saham
Investasi saham bisa menjadi pilihan paling menarik saat ini. Karena selama pandemi ini, banyak saham-saham yang harganya sudah terdiskon dan berada pada harga lebih murah daripada tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal ini termasuk saham-saham blue chip, big cap, atau core stock.
Dengan berinvestasi pada saham, mungkin saja keuntungan yang kamu dapatkan dalam jangka panjang akan lebih banyak. Tetapi sekali lagi, tetap perhatikan profil risikonya. Triknya adalah pilih saham yang bisnis perusahaannya tidak terdampak signifikan dengan covid-19.
Reksa Dana
Membeli reksa dana bisa menjadi pilihan yang realistis bagi investor pemula yang tidak mau ribet mengelola sendiri portofolio investasinya. Yang perlu diingat, investasi reksa dana ini ada bermacam-macam jenis; seperti reksa dana saham, reksa dana pasar uang, atau reksa dana pendapatan tetap. Pilihlah reksa dana yang masih menghasilkan kinerja positif, atau setidaknya menghasilkan perbaikan kinerja. Triknya adalah dengan melihat sharpe ratio, draw down analysis, dan bahkan juga lihat information ratio.
Peer to Peer (P2P) Lending
Berinvestasi di peer to peer (P2P) lending sekarang ini semakin digemari masyarakat. Namun investasi pada instrumen ini juga bukannya tanpa risiko, pengembalian dana yang tidak lancar (macet) menjadi risiko utama investasi ini.
Sebagaimana diketahui P2P (peer-to-peer) Lending adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet. Dengan kata lain, uang yang Anda investasikan akan dipinjamkan oleh penyelenggara P2P Lending ini kepada perseorangan atau perusahaan yang membutuhkan dana untuk menambah modal usaha mereka, dengan imbalan bunga sejumlah sekian persen per tahun. Sehingga jika terjadi kredit macet atas usaha yang telah Anda pinjami modal atau Anda danai melalui P2P Lending ini, maka dana investasi Anda juga berisiko menguap.
Karena itu, untuk berinvestasi di P2P lending, kamu harus mempertimbangkan indikator persentase TKB90, yakni tingkat keberhasilan penyelenggaran P2P lending dalam menyelesaikan kewajiban pinjam-meminjamnya dalam waktu 90 hari setelah jatuh tempo.
Surat Berharga Negar (SBN)
Dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah kerap menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN), baik konvensional maupun syariah. Berinvestasi pada SBN ini cenderung aman, sehingga bisa menjadi pilihan yang tepat untuk berinvestasi saat terjadi resesi, terutama bagi kamu yang lebih mengutamakan keamanan daripada keuntungan dana.
Selain uang aman dan mendapatkan keuntungan, dengan berinvestasi di SBN kamu juga telah membantu Indonesia untuk ke luar dari dampak berkepanjangan akibat pandemi Covid-19. Sebab selama pandemi, beberapa SBN diterbitkan untuk mendanai APBN yang dikucurkan untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), seperti jaring pengaman sosial.
Sebagai informasi, saat ini pemerintah masih membuka masa penawaran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel kepada investor individu secara online, yakni Sukuk Tabungan (ST) seri ST007. Masa penawaran ST007 ini sendiri akan berakhir pada 25 November 2020 mendatang pukul 10.00 WIB. Di laman resmi DJPPR dijelaskan imbal hasil atau kupon ST007 bersifat mengambang atau floating with floor dengan tingkat imbalan yang mengacu pada bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Cukup dengan mulai dari Rp 1 juta kamu bisa memesan ST007 ini, sementara maksimal pemesanan adalah Rp 3 miliar per individu. Untuk periode pertama, kamu akan dibayar pada tanggal 10 Januari 2021 dan tanggal 10 Februari 2021, berlaku kupon sebesar 5,5 persen. Tingkat kupon untuk periode 3 bulan pertama sebesar 5,50 persen tersebut berlaku sebagai tingkat kupon minimal (floor). Dan tingkat kupon minimalnya tidak akan berubah sampai dengan jatuh tempo.
Emas
Instrumen investasi yang satu ini sangat populer dan kerap dipilih jika terjadi krisis atau fenomena jatuhnya instrumen investasi lain. Sehingga wajar jika selama pandemi Covid-19 ini, harga emas mengalami kenaikan yang signifikan. Namun fenomena ini juga berpotensi menimbulkan risiko tersendiri jika kamu baru akan membeli emas sekarang, karena harganya yang sudah terlanjur naik tinggi. Karena itu tetap cermati info-info terkait perkembangan harga emas dunia, apalagi selama masa resesi ini.
COMMENTS