Sempat viral pria asal Bogor berinisial T (23) yang mengaku divonis dokter tidak bisa lagi makan mi instan seumur hidupnya karena kebiasaan ...
Sempat viral pria asal Bogor
berinisial T (23) yang mengaku divonis dokter tidak bisa lagi makan mi instan seumur
hidupnya karena kebiasaan buruknya. Pria ini terbiasa mengkonsumsi mi instan
setiap hari dan membuatnya mengalami radang kerongkongan hingga muntah darah,
dan dikhawatirkan kondisinya bisa menjadi kanker.
Menanggapi ini, ahli pencernaan
dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam,
SpPD-KGEH, mengatakan pola makan tak sehat seperti mengkonsumsi mi instan yang
berlebihan bisa menyebabkan gastroesophageal reflux disease (GERD).
"GERD dapat menyebabkan
berbagai komplikasi. Hal ini terjadi karena asam lambung atau isi lambung yang
naik dapat menyebabkan luka pada dinding dalam kerongkongan. Awalnya hanya
perlukaan, luka yang terjadi bisa makin luas dan bisa menyebabkan penyempitan
dari kerongkongan bawah," jelas Prof Ari.
Lebih lanjut Pprof Ari
menjelaskan bahwa GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam
kerongkongan, dan menyebabkan terjadinya penyakit barrett's (penyakit saluran
pencernaan bagian atas) yang merupakan lesi prakanker.
Lalu, bagaimana cara aman
mengatur konsumsi mi instan?
Menurut dokter spesialis onkologi
radiasi dari Siloam Hospitals MRCCC Semanggi, dr Denny Handoyo Kirana,
SpOnk-Rad, kandungan dalam mi instan yang beredar seharusnya aman. Ini karena
sudah mengantongi izin edar BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).
"Jadi, kalau dimakan dalam
jumlah yang cukup sesekali, misalnya dalam seminggu satu atau dua masih oke.
Tapi, ya jangan pagi, siang, sore, makan mie instan," jelasnya mengutip
detik.com, Rabu (24/6/2020).
dr Denny mengatakan, seseorang
tidak bisa dibatasi saat makan mi instan karena variasinya banyak sekali. Untuk
itu, sebagai konsumen harus cermat dalam memilih makanan dilihat dari komposisi
bahannya.
"Kalau tulisan itu misalnya
kadar natriumnya itu setara dengan kebutuhan seseorang satu hari mencapai 50
persen. Artinya dengan sebungkus mi instan kalau dia makan dua, dalam hari itu
udah nggak boleh makan garam," pesan dr Denny.
"Kalau misalnya tulisannya
di belakang kadar garamnya adalah 10 persen, artinya dari makanan lain dia
masih boleh makan senilai 90 persen sisanya. Jadi dilihat keseimbangan
komposisinya," lanjutnya.
Berikut 3 hal penting yang harus
diingat saat mengkonsumsi mi instan menurut dr Denny.
Kadar natrium
dr Denny menjelaskan bahwa mi
instan itu diawetkan dengan bahan yang mengandung garam. Jika kadar natrium
atau kadar garam terlalu tinggi, bisa menyebabkan radang dan sakit tenggorokan.
Monosodium Glutamat (MSG)
Kandungan MSG atau penyedap juga
disebut dr Denny tidak baik dikonsumsi berlebihan, karena bisa memicu kanker.
Ini tentu tidak berlaku ketika mi instan dikonsumsi sewajarnya.
"Di dalam mi instan itu kan
ada penyedap rasa, kalau dimakan dalam jumlah sedikit atau batasan yang boleh
dimakan oleh orang nggak apa-apa, tetapi kalau orang itu makan secara
berlebihan maka MSG ini berisiko atau berpotensi bikin kanker," lanjut dr
Denny.
Bungkus mi instan
Bungkus mi instan juga memiliki
kandungan zat kimia berbahaya jika termakan. Tak kalah berbahaya dibanding
berlebihan mengonsumsi MSG dan kandungan natrium.
"Mi instan ada yang ditaro
di plastik ada yang di cup kita tahu sterofoam, nah sterofoam ini kan punya
ambang batas terhadap suhu, kalau kita kasih dia air panas di dalamnya, dia ada
sebagian yang meleleh kena panas, nah dan sterofoam yang kena panas ini ada
sebagian yang terlarut dalam yang kita makan, di dalam kuahnya, di dalam
minyak, itulah yang lebih berbahaya dibanding natrium atau msg yang orang jadi
kena kanker," pungkasnya.
COMMENTS