“Mudah-mudahan tugas luar kota dari kantor ini bisa selesai dalam dua hari saja, sudah kangen anak istri nih…” demikian pikiran seoran...
“Mudah-mudahan tugas luar kota dari kantor ini bisa selesai dalam dua hari saja, sudah kangen anak istri nih…” demikian pikiran seorang karyawan sebuah perusahaan yang sedang menjalankan tugas kantornya. Pikiran yang sama juga bisa terjadi pada seorang pengusaha yang sedang dalam perjalanan bisnis, yang membuatnya harus meninggalkan rumah untuk beberapa hari.
Perkataan yang sederhana ini cukup untuk menggambarkan kerinduan seseorang saat ia harus pergi meninggalkan rumah, pergi dalam jangka waktu lama meninggalkan keluarganya. Orang-orang tersebut sebenarnya mengetahui bahwa perjalanan mereka dalam menjalankan tugas kantor, ataupun perjalanan bisnis mereka itu penting, namun kebiasaan berkumpul dengan keluarga, memunculkan rindu pada keluarga yang terobati hanya dengan pertemuan.
Pada kondisi ini, kedekatan dengan keluarga merupakan kondisi nyaman manusia. Kondisi ini di lingkungan sarjana psikologi lebih populer disebut dengan Zona Nyaman (comfort zone). Yang menurut Komarudin Hidayat (2016 :24) menunjuk pada keadaan, situasi, dan wilayah yang dirasakan mendatangkan rasa nyaman, aman, dan tidak berbahaya sehingga seseorang enggan keluar dari wilayah itu.
Ingin selalu dekat dengan keluarga hanya satu contoh bahwa kita berada pada zona nyaman. Dapat dikatakan pula kita berada pada zona nyaman saat kita cukup puas dengan rutinitas yang kita lakukan sehari-hari. Hampir setiap manusia cenderung mencari zona nyaman bagi dirinya.
Berada pada zona nyaman membuat kecenderungan manusia tidak mau meninggalkan kondisi saat itu. Merasa tak perlu memperbaiki kondisi yang ada, tak mau berubah menjadi lebih baik, dan tak merasa perlu untuk mempersiapkan sesuatu jika suatu saat kondisi berubah.
Masih untung jika perubahan itu adalah kondisi lebih baik. Akan sangat berbahaya jika perubahan tersebut adalah sebuah kondisi yang tidak baik dan kita terlanjur tidak bisa berbuat apa-apa, karena tidak pernah ada persiapan.
Ibarat seseorang yang duduk nyaman di kursi goyang sambil membaca koran dan menikmati kudapan, sayangnya dia tidak sadar bahwa kursi goyang yang sedang didudukinya justru berada di atas sebuah rel kereta api. Dia, dan kita semua tidak pernah tahu, kapan kereta itu akan melintas dan bahkan menabrak kehidupan kita. Namun cepat atau lambat, kereta kematian itu pasti akan datang menabrak setiap hal yang hidup. Jika Anda, dan kita bersama terlambat menyadarinya, maka niscaya keluarga yang masih hidup, yang kita tinggalkanlah yang harus menanggung semua akibatnya.
Asuransi hadir dengan membawa solusi dan manfaat yang sangat dibutuhkan oleh keluarga Anda, saat kereta itu menabrak kehidupan Anda. Jika ada orang yang berpikir dan merasa bahwa dirinya akan selalu baik-baik saja sepanjang masa, maka sesungguhnya dia sedang ditipu oleh pikirannya sendiri.
Meskipun wajar dan lumrah, seorang manusia selalu mencari kondisi yang aman dan nyaman, namun jangan sampai kenyamanan itu melenakan kita, menurunkan kewaspadaan kita terhadap adanya risiko kehidupan yang bisa datang sewaktu-waktu menabrak kenyamanan hidup kita. Bersiap-siap diri tentu lebih baik daripada kelabakan dikemudian hari.
Statistik telah membuktikan;
- 90 % orang dihantam sakit kritis sebelum jadi arwah
- 5 % orang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan terluka, cacat selamanya atau bahkan meninggal dunia
- Dan 3 % lagi meninggal di usia muda.
Jika musibah bisa menghabikan biaya puluhan, ratusan juta, bahkan hingga miliaran rupiah untuk mengatasinya, apakah Anda masih yakin untuk memakai uang dari kantong sendiri? Atau Anda bisa memilih untuk memakai uangnya perusahaan asuransi, yang hitungannya lebih murah, karena hanya perlu membayar premi setiap bulan atau setiap tahun.
Keputusan terbaik ada ditangan Anda sendiri.
COMMENTS