PT. Gudang garam, Tbk, mungkin hanya sedikit orang di Indonesia yang tidak mengenal perusahaan ini. Sebuah perusahaan rokok yang legendar...
PT. Gudang garam, Tbk, mungkin hanya sedikit orang di Indonesia yang tidak mengenal perusahaan ini. Sebuah perusahaan rokok yang legendaris, salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pusat pabrik rokok ini berada di sebuah kota kecil di Jawa Timur, tepatnya di Kota Kediri.
Sebuah cerita menarik dari perusahaan ini adalah, bahwa mungkin hanya Gudang Garam lah satu-satunya perusahaan di Indonesia yang tak memberlakukan aturan ‘njlimet’ kepada karyawannya. Lihat saja, dulu selama bertahun-tahun, perusahaan rokok di Kediri, Jawa Timur ini bahkan menerapkan penerimaan pegawai/karyawan dengan sistem kekerabatan. Sebuah sistem yang dera sekarang mungkin lebih dikenal sebagai nepotisme, dan sangat ditentang habis-habisan oleh banyak orang karena dianggap tidak berperikeadilan sosial.
“Pak mandor, anak saya sudah lulus SD. Butuh pekerjaan. Bisakah menggantikan saya kerja di sini?” tanya Suratin suatu ketika.
Suratin adalah pekerja PT Gudang Garam Tbk yang bertugas di bagian melinting rokok. Sudah selama puluhan tahun dia mendermakan hidupnya untuk perusahaan itu. Sehingga dalam pikirannya dia menganggap tidaklah berlebihan jika dia menitipkan masa depan anaknya, kepada perusahaan tempatnya mengabdi itu, saat usianya tak lagi muda, dan segera memasuki masa pensiun.
“Kamu, anakmu, cucumu, semuanya boleh kerja di sini. Ini bukan perusahaan siapa-siapa. Ini keluargamu,” jawab mandor, tegas. Sambil tak lupa menghisap kretek Gudang Garam Merah.
Sudah menjadi aturan tidak tertulis, dan juga semacam kesepakatan bersama, bahwa seluruh anak cucu pekerja PT Gudang Garam Tbk bisa mewarisi pekerjaan leluhurnya sebagai tukang linting.
Hubungan industrial seperti inilah yang kiranya kelak akan membawa perusahaan ini besar dan merajai industri rokok tanah air.
Bagi puluhan atau bahkan ratusan ribu pekerjanya, Gudang Garam bukanlah sekedar sebuah pabrik rokok semata. Lebih dari itu, Gudang Garam adalah rumah kedua dan juga keluarga dekat mereka.
Mengapa? Karena interaksi sosial mereka tak hanya berlaku di dalam lingkungan kerja. Di luar pabrik, puluhan ribu pekerja ini hidup berdampingan di desa-desa sebagai korps. Korps Gudang Garam.
Di tahun 1990-an, keberadaan mereka kerap memenuhi jalanan Kota Kediri pagi dan sore. Dengan riang mereka mengayuh sepeda bersama, menyusuri jalanan kota yang tak begitu padat dengan kendaraan bermotor.
Di sudut lain, kendaraan umum yang mengangkut pekerja Gudang Garam berjalan terseok akibat sesaknya penumpang. Ini karena jumlah penumpang yang tak lagi sepadan dengan kapasitas kendaraan. Meski berjejal, gelak tawa memenuhi kendaraan hingga akhirnya tiba di depan rumah masing-masing.
Itulah, Gudang Garam bukan lagi sekedar pabrik bagi Kota Kediri. Gudang Garam adalah nafas bagi denyut nadi kehidupan warganya. Dari semenjak jaman dulu, sehingga sekarang.
COMMENTS