Adakah yang pernah mengalami hidup susah, gaji pas-pas an? Emangnya susah dan pas-pasa an itu yang seperti apa sih? Ya tergantung....
Adakah yang pernah mengalami
hidup susah, gaji pas-pas an? Emangnya susah dan pas-pasa an itu yang seperti
apa sih? Ya tergantung. Kalau kamu hidupnya di Jakarta, pendapatan kurang dari
3 juta rupiah per bulan, bisa jadi akan merasakan maksud dari pertanyaan ini. Sebaliknya
kalau kamu hidup di sebuah kota kecil kabupaten, pendapatan segitu mungkin
sudah lumayan.
Tetapi bukan itu poinnya. Poin sebenarnya
adalah berpendapatan minimalis, yang hanya bisa muter untuk kebutuhan hidup
sehari-hari, tanpa ada sisa untuk ditabung, apalagi beli investasi dan bayar
premi asuransi.
Pas-pas an disini juga
berkonotasi cukup, atau lebih tepatnya; secukupnya. Pendapatan sebulan 800 ribu
rupiah, cukup. Pendapatan meningkat jadi 2 juta rupiah sebulan, cukup. Sampai kemudian
pendapatan melambung tinggi hingga mencapai 20 atau 25 juta rupiah per bulan,
cukup juga.
Sama-sama cukup, tetapi ada
sesuatu yang berbeda. Apakah itu? Ya, gaya hidup. Dulu kosmetik cukup pakai
viva atau wardah, sekarang? Pakai yang perawatan merk terkenal. Dulu, sepatu beli
yang diskonan matahari 70+20 % diakhir pekan, sekarang ? Musthi pakai yang
branded dari butik-butik terkenal. Dulu beli baju di ITC, sekarang? cobain Zara,
Giordano,dan semacamnya. Dulu ngopi cukup di cafe, yang harga secangkirnya
tidak lebih dari 10 ribu rupiah, sekarang? seringnya nongkrong di café-café yang
daftar menunya cukup untuk makan orang miskin selama sebulan.
Dulu pake tas merk Elizabeth atau
beli KW super, sekarang ? coba deh pake Fossil eh naik dikit nyobain Coach,
Kate Spade, naik lagi pake LV, Gucci. Dulu targetnya punya motor, sekarang ?
beli mobil. Setelah punya mobil sekelas Toyota Avanza, sekarang gak mau, ganti
dong pakai pajero sport, atau fortuner.
Jadi, kesimpulannya? Pendapatan
seberapapun, pada akhirnya akan habis juga. Hanya pas dan cukup, masih tetap
belum ada sisa untuk investasi dan bayar premi asuransi. Boro-boro asuransi
dengan uang pertanggungan milyaran, asuransi kesehatan saja masih nebeng BPJS.
Why?
Jawaban yang paling masuk akal
adalah karena ekspektasi dan gaya hidup pasti juga ikut naik berbanding lurus
dengan naiknya pendapatan. Nafsu membeli barang mahal akan terus meningkat
sejalan dengan pendapatan yang juga terus naik.
Jadi, hedonic treadmill disini memiliki arti ibarat orang yang berlari
dan mengejar sesuatu, padahal sebenarnya diam saja di tempat, konon rasa bahagianya sebenernya gak maju-maju.
Tau sendiri kan treadmill ? Kita mau lari 10km pun ya gak bakal kemana-mana,
tetap disitu aja.
Artinya, ternyata banyak orang yang
tanpa sadar terjerumus dan yakin bahwa menaikan standar hidup akan membuat diri
bahagia padahal hanya semu semata, jalan di tempat.
Uang dan pendapatan sebanyak
apapun gak akan pernah cukup, kebutuhan seakan gak ada habisnya. Tetapi kadang
banyak juga orang gak ngeh dengan kondisi ini.
Diantara ciri-ciri orang seperti
ini;
- Memaksakan keinginan, sampai rela nyicil demi memiliki barang branded
- Harus nongkrong di tempat makan/cafe berkelas
- Ingin terlihat sukses dan berkelas, tampil dengan barang branded padahal isi rekening, ya gitu deh
- Tidak punya investasi dan tujuan hidup. Ya gimana mau investasi uang habis karena boros. Konon tujuan hidupnya hanya jalanin apa yang ada di depan mata. Urusan masa depan mengalir dan ikut arus.
- Tidak punya asuransi, kalaupun punya paling cuman BPJS
Kalau mau, konon ada beberapa
cara untuk keluar dari kondisi ini
- Mengakui bahwa memang terjebak dalam hedonic treadmill. Sadar diri dulu lah intinya, baru coba rubah pola pikir
- Mulai merencanakan keuangan dan ubah gaya hidup. Mulai memilah dan memilah mana yang “kebutuhan” dan mana yang “keinginan”.
- Fokus pada perencanaan, masa depan jauh lebih berarti dibanding terlihat keren di masa kini
- Disiplin, poin terakhir ini yang bisa jadi paling berat.
Kalau anda adalah orang yang tergambar dalam
artikel ini, ada baiknya segera mulai berubah. Merubah pola pikir, sekaligus
merubah gaya hidup. Tidak ada kata terlambat, karena juga tidak ada penyesalan
yang jalan didepan.