Menabung sebenarnya baru tahap awal manajemen keuangan keluarga. Yang lebih penting adalah investasi, membuat uang itu tumbuh, kalau perlu berlipat. Kalau kita bisa menabung 100 juta setahun, setelah 3 tahun baru terkumpul 300 juta. Dari sisi nominal jumlah itu tak seberapa.
Satu hal yang sangat penting
dalam manajemen keluarga adalah soal pengelolaan uang. Bahasannya mulai dari
bagaimana mengatur pemasukan, dengan konsekuensi dilematis, apakah istri
harus/perlu/boleh bekerja mencari pemasukan atau tidak. Tapi sebenarnya ada
soal yang jauh lebih penting, yaitu bagaimana mengatur pengeluaran.
Pola pengeluaran sangat tergantung
dari pola pikir. Saat penghasilan 10 juta sebulan, orang bisa hidup dengan
biaya 8 juta, dan menabung 2 juta. Tapi apakah kalau penghasilannya naik jadi
20 juta ia bisa menabung 12 juta? Ada kemungkinannya tidak. Boleh jadi biaya
hidupnya naik jadi 15 juta, dan yang ditabung hanya 5 juta saja. Lebih parah
lagi, tabungan mungkin tetap 2 juta saja.
Kunci dalam manajemen keuangan
adalah menajemen keinginan. Kalau saat penghasilan kecil kita penuh dengan
keinginan, lalu saat penghasilan meningkat lantas kita merasa itu adalah saat
untuk mengabulkan berbagai keinginan, maka kenaikan penghasilan jadi tidak
berarti. Kita tidak bertambah kaya dengan kenaikan penghasilan. Kita hanya berubah
jadi orang yang boros.
Menabung sebenarnya baru tahap
awal manajemen keuangan keluarga. Yang lebih penting adalah investasi, membuat
uang itu tumbuh, kalau perlu berlipat. Kalau kita bisa menabung 100 juta
setahun, setelah 3 tahun baru terkumpul 300 juta. Dari sisi nominal jumlah itu
tak seberapa.
Sisi penting dari uang sejumlah
tertentu adalah, ia punya daya beli terhadap sesuatu yang bisa tumbuh kembang
dengan cepat. Tentu saja itu sangat tergantung dari apa yang dibeli. Nah, apa
yang dibeli itu memerlukan kemampuan analisis investasi.
Uang 300 juta kalau disimpan dalam
wujud tabungan di rekening biasa, bunganya hanya sekitar 1-2%. Deposito, paling
bagus 5-6%. Investasi sukuk mungkin bisa 8%. Adakah yang bisa 15-20%? Ada,
tentu saja dengan risiko. Investasi apartemen bisa mendatangkan profit sampai
30% per tahun. Saham, kalau bagus mungkin bisa 15-20%.
Saya tidak bisa membahas detil
soal strategi investasi, karena saya bukan ahlinya. Yang ingin saya katakan
adalah, sukses tidaknya kita dalam mengelola ekonomi keluarga tergantung dari
bisa tidaknya kita berinvestasi. Menabung saja jauh dari cukup.
Bayangkan, dengan penghasilan
Anda saat ini, berapa tabungan Anda ketika Anda pensiun? Tidak banyak. Seorang teman memberi tahu saya
hitungan kasar: masa kerja = masa pensiun. Misalnya seseorang mulai bekerja di
usia 25, lalu pensiun di usia 55. Ia bekerja selama 30 tahun. Boleh jadi ia
akan hidup sampai usia 75 tahun. Artinya, setidaknya ia harus punya tabungan
untuk membiayai hidupnya selama 20 tahun setelah pensiun.
Dengan hitungan sederhana itu,
kalau bergantung pada tabungan, Anda harus menyisihkan 35% dari penghasilan
Anda setiap bulan. Kalau hanya 20% atau 10%, jauh dari cukup. Itu pun masih
belum cukup. Anda harus berinvestasi, memastikan uang tabungan tadi terus
tumbuh seiring perjalanan waktu. Lebih bagus lagi kalau investasi itu
menghasilkan penghasilan pasif, sehingga suatu saat penghasilan pasif itu bisa
memenuhi semua kebutuhan Anda. Itulah kemerdekaan finansial.
Nah, perempuan, terlepas dari
apakah dia bekerja untuk memperoleh penghasilan atau tidak, sangat berperan
dalam manajemen keuangan keluarga. Kalau istri boros, mau berapa pun
penghasilan keluarga, akan habis. Uang hanya akan numpang lewat di rekening.
Sebaliknya, kalau ia pandai mengelola, penghasilan tak seberapa pun akan bisa
berarti.
Lho, memangnya laki-laki tidak
ada yang boros? Justru itu, kalau perempuan boros, ditambah laki-laki yang
boros, hancur. Perempuan diharapkan bisa jadi rem bagi laki-laki yang boros.
Sebaliknya, biasanya laki-laki sulit mengerem kalau istrinya boros.
Seperti saya tulis di atas,
menanbung saja jauh dari cukup. Perempuan harus bisa berinvestasi, untuk
mengamankan uang keluarga.
Emak saya dulu sangat cerdas
dalam soal keuangan. Ia selalu punya cara berhemat, dan punya cara membuat
uangnya tumbuh. Zaman dulu cara berinvestasi yang paling sederhana adalah
dengan membeli emas. Ini sebenarnya banyak dipraktikkan perempuan zaman dulu.
Untuk bisa mengelola keuangan
keluarga kita perlu terlebih dahulu menetapkan target atau tujuan. Misalnya,
punya penghasilan pasif dalam jumlah tertentu. Kemudian dibuat perencanaan
tentang bagaimana target itu dicapai. Nanti akan didapat nilai tabungan yang
harus disisihkan setiap bulan. Ingat, yang disisihkan bukan sisa dari semua
pengeluaran. Justru sebaliknya, yang boleh dikeluarkan adalah sisa dari yang
sudah ditabung.
Selain rencana tabungan, harus
ada rencana investasi. Investasi apa yang terbaik, harus dipelajari, dipilih,
lalu dikelola. Terlepas dari dia bekerja atau tidak, perempuan bisa berperan
sangat besar dalam hal menabung dan investasi.
Nah, bagi yang sedang mencari
pasangan, perlu ditambahkam kriteria ini: apakah calon pasanganmu bisa berinvestasi?
Dalam mendidik anak pun ini harus diajarkan.
Sumber Artikel Kang H Idea