Ada sebuah cerita, satu pasangan suami-isteri, Pak Yanto dan Bu Eni. Pada saat menikah Pak Yanto berumur 29 sedangkan Bu Eni umurnya ...
Ada sebuah cerita, satu
pasangan suami-isteri, Pak Yanto dan Bu Eni. Pada saat menikah Pak Yanto berumur
29 sedangkan Bu Eni umurnya 27.
Suami istri ini pasangan
pengusaha yang sangat ulet dan giat dalam berdagang, serta menerapkan gaya
hidup yang sangat hemat. Toko mereka menjadi toko yang buka paling pagi,
sebelum jam 7, dan tutup paling malam di banding toko lainnya.
Hingga 10 tahun kemudian, karena
keterampilan Bu Eni dalam mengelola keuangan, mereka sudah memiliki deposito sejumlah
30 milyar rupiah di sebuah bank. Meskipun begitu, hidup mereka tetaplah
super sederhana sebagaimana semula. Bu Eni adalah tipe wanita yang sangatlah
hemat, bahkan membeli baju baru pun cuma 3 potong dalam setahun, itupun di
waktu tahun baru. Dia juga tidak pernah memakai tas yangg bermerek, bahkan juga
tidak pernah ikut arisan atau bersosialita dengan yang lainnya.
Selama waktu pernikahan
mereka, pasangan suami istri ini juga tidak pernah sekalipun pergi rekreasi
sekedar melepas penat dan menghibur diri. Yang ada dalam fikiran mereka hanyalah
sibuk dan fokus bekerja. Sepulang dari bekerja hanya untuk istirahat.
Begitulah setiap harinya,
rutinitas itu mereka jalani selama bertahun-tahun. Bahkan untuk makan di
restaurant pun, setahun bisa dihitung dengan jari.
Karena setiap harinya hanya
sibuk dengan pekerjaan, mereka pun tidak mempunyai banyak teman, kegiatan
social mereka tidak pernah ikut, bahkan bersedekah pun juga tidak pernah.
Naas, Bu Eni tidak dikaruniai
umur panjang, pada usia 45 tahun dia kena serangan jantung yang mengakibatkan
dirinya meninggal dunia. Pada saat meninggal tersebut, Bu Yuni sudah berhasil
mengumpulkan begitu banyak uang dalam bentuk deposito, hingga nilainya telah
mencapai 45 milyar rupiah.
Belum genap setahun almarhum
Bu Eni meninggal dunia, suaminya, Pak Yanto menikahi pelayan tokonya yang telah
bertahun-tahun menjadi pegawai mereka, Sulasmi. Hari demi hari Pak Yanto pun
mulai dapat melupakan kematian istrinya, dan mulai menikmati hidup santai dengan
istri barunya yangg masih terbilang muda itu.
Hingga pada suatu hari, dalam
sebuah obrolan malam hari sepulang dari toko, nyletuklah si Sulasmi, mantan
pelayan toko yang sekarang menjadi istri Pak Yanto itu, berujar sambil
tersenyum bahagia, "Pah, selama ini saya pikir saya yang kerja buat Bu Eni,
eh, ternyata justru dia yang bekerja ngumpulin sedemikian banyak harta buat saya
nikmati...".
______________________
Nah, pembaca sekalian, cukup
Bu Eni saja sebagai pengalaman dan pelajaran. Jangan sampai kita, anda seperti
Bu Eni. Ingatlah selalu untuk:
- Menjaga kesehatan anda dengan olahraga dan makan nutrisi yang baik.
- Pakailah pakaian yang pantas.
- Gunakanlah barang yang baik.
- Tamasyalah setiap tahun beberapa kali dengan keluarga.
- Bertemanlah dengan banyak teman yg baik, dan jangan terlalu pelit.
- Bersedekahlah dan gunakanlah uang anda dengan cara yg benar dengan tujuan-tujuan yg baik namun tidak berlebihan.
- Miliki Asuransi Unit Link sebagai proteksi sekaligus investasi
Jangan seperti Bu Eni yang pagi
hingga petang membanting tulang dan ngirit kebangetan, hingga tidak bisa
menikmati hidup, tapi ujung-ujungnya, hasil jerih payahnya itu malah dinikmati
oleh orang lain, karena:
- Uang memang tidak bisa dibawa mati, tapi tak ada uang memang rasanya mau mati.
- Uang tidak bisa membeli kasih sayang, tetapi kasih sayang bisa melayang bila tidak ada uang.
- Uang tidak bisa membeli tidur nyenyak, tapi tak ada uang tidur pun tak nyenyak.
- Uang tidak bisa membeli kesehatan, tetapi untuk sehat pun diperlukan uang yang tidak sedikit, apalagi jika sudah terlanjur sakit.
- Uang tidak bisa membeli kebijaksanaan, tetapi untuk mendapatkan ilmu yg baik juga diperlukan uang.
- Uang bisa membuat orang bodoh nampak cerdik, dan orang cerdik pun bisa nampak bodoh bila tak ada uang.
- Uang bukan segalanya, tapi hampir segalanya perlu uang.
COMMENTS