Serial si kembar dari negeri Jiran, Upin-Ipin menjadi salah satu tayangan yang sangat populer, baik di negeri asalnya sana maupun di ...
Serial si kembar dari negeri Jiran, Upin-Ipin menjadi
salah satu tayangan yang sangat populer, baik di negeri asalnya sana maupun di
Indonesia. Tidak hanya anak-anak, banyak juga orang dewasa yang menyukai film
kartun ini.
Serial tersebut menceritakan kehidupan dua anak kembar
yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, bersama dengan teman-teman dan
keluarganya. Keluarga Upin-Ipin digambarkan sebagai sebuah keluarga yang hidup
dilingkungan pedesaan, bersama kakak perempuan dan neneknya. Tidak diketahui
secara jelas dimana ayah ibu si kembar ini, namun dalam salah satu episode
pernah ditampilkan cerita bahwa ayah dan ibu si kembar telah meninggal dunia akibat kecelakaan.
Meskipun yatim-piatu dan hidup bersama nenek yang
tidak berkerja, serta kakak perempuan yang masih bersekolah, namun kehidupan
Upin-Ipin tidak pernah terlihat susah. Makanan sehari-hari yang lumayan mewah
untuk ukuran pedesaan selalu tersedia dimeja makan. Ya, ayam goreng khas kesukaan si kembar bukanlah makanan
yang bisa disediakan setiap hari oleh keluarga yang tidak memiliki kepala keluarga dengan pekerjaan tetap. Belum
lagi langganan Koran, dan juga gadget terbaru yang sempat muncul dalam beberapa
episode. Pokoknya dalam tayangan ini, digambarkan apapun yang dimaui sikembar
akan bisa disediakan oleh si nenek dan kakaknya.
Namun, pernahkah pemirsa sekalian bertanya-tanya, dari
mana nenek atau kakak Upin-Ipin mendapatkan uang untuk biaya hidup mereka
sehari-hari? Dari mana mereka mendapatkan uang untuk membeli gadget mahal? Biaya
sekolah si kembar bersama kakak perempuannya?
Kalau pemirsa sekalian penasaran, maka begitu juga dengan saya sendiri. Karena itu saya mencoba untuk melakukan penyelidikan terhadap riwayat keluarga ini. dan setelah googling serta membaca tulisan dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, maka inilah hasilnya, dan saya menemukan beberapa hal mengejutkan berikut ini; Ternyata biaya hidup sehari-hari keluarga Upin-Ipin
adalah dari hasil klaim polis asuransi.
Alkisah, ketika masih hidup, ayah Upin-Ipin pernah
didatangi seorang agen asuransi, meskipun sempat menolak, pada akhirnya ayah si
kembar itu mau juga membuka sebuah polis asuransi dengan nilai uang
pertanggungan yang kalau di rupiahkan mencapai 1 Milyar rupiah.
Naas tidak bisa dihindari, malang tidak dapat ditolak,
baru saja beberapa kali membayar premi, ayah Upin-Ipin meninggal dunia karena sebuah kecelakaan. Karena sebelumnya ayah sikembar telah memiliki polis asuransi, maka cairlah uang pertanggungan sebesar 1 Milyar tersebut, dan diterima oleh kakak
perempuan Upin-Ipin sebagai ahli waris.
Sementara itu, nenek Upin-Ipin memang dasarnya adalah
orang yang bijaksana. Uang sebesar 1 milyar itu tidak dihabiskan atau digunakan sebagai biaya hidup harian, tetapi
disimpan di sebuah bank dalam bentuk deposito.
Dari hasil deposito tersebut,
nenek Upin-Ipin menerima bunga deposito sebesar 6 % per tahun bersih setelah
di potong pajak. Sehingga, dari hasil uang klaim asuransi yang kemudian di
depositokan tersebut nenek Upin-Ipin menerima uang sebesar:
1 milyar dikalikan bunga 6%,
atau setara dengan jumlah 60 juta rupiah per tahun. Artinya, nenek Upin-Ipin tanpa
usah bekerja pun dia masih menerima uang sebesar 5 juta rupiah perbulan (bunga
deposito 60 juta dibagi 12 bulan).
Itulah jawaban kenapa keluarga Upin-Ipin masih bisa
hidup berkecukupan, meski tanpa hadirnya seorang kepala keluarga sebagai sumber nafkah
utama. Karena ternyata ketika meninggal dunia, sang kepala keluarga telah
mewariskan uang tunai sebesar 1 milyar rupiah yang kini telah di depositokan. Hasil
deposito bisa dipakai untuk biaya hidup sehari-hari, sementara 1 milyar nya
masih utuh.
Sebenarnya masih ada satu lagi temuan saya yang juga tidak kalah mengejutkan terkait keluarga si kembar ini. Namun saya berjanji akan menceritakannya dalam tulisan
berikutnya. Ini karena saya ingin memberikan kesempatan kepada pembaca
sekalian, pemirsa dan penggemar serial Upin-Ipin agar segera menghubungi agen
asuransi terdekat di kota anda, untuk berdiskusi dan menanyakan apakah ada
produk asuransi seperti yang dulu dibeli oleh ayahnya si kembar Upin-Ipin.
*Cerita ini hanya rekaan penulis belaka, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah
COMMENTS