Meski agen asuransi, saya sama sekali bukanlah agen asuransi mobil. Produk dan program yang saya jual lebih pada asuransi untuk manusia...
Meski agen asuransi, saya sama sekali bukanlah agen asuransi mobil.
Produk dan program yang saya jual lebih pada asuransi untuk manusia,
untuk melindungi resiko finansial atas diri manusia, baik dari resiko
penyakit, kecelakaan, maupun meninggal dunia.
Saya faham
dengan sefaham-fahamnya, bahwa asuransi mobil itu penting, terlebih
untuk mobil baru yang tentunya membutuhkan biaya perbaikan lebih mahal
jika terjadi resiko kerusakan akibat kecelakaan.
Meski
demikian, sejak dulu sampai sekarang saya tidak pernah terlalu serius
untuk soal asuransi mobil ini. Mungkin, mobil yang saya beli selalu
pakai asuransi lebih karena desakan sales, atau sebagai syarat mutlak
agar pembiayaannya disetujui oleh fihak leasing.
Sampai
kemudian, kemarin, saya baru benar-benar merasakan bahwa asuransi mobil
itu memang benar-benar penting. Jauh lebih penting dan bermanfaat dari
sekedar yang saya bayangkan selama ini. Tentu ada suatu sebab, kenapa
saya bisa berubah seperti itu. Sebagaimana kata pepatah, "kebanyakan
orang baru mulai belajar dan percaya setelah mengalaminya sendiri, dan
celakanya kebanyakan hal itu adalah pengalaman buruk". Ya, seperti
itulah pula yang saya alami.
Kemarin, sewaktu pulang dari
suatu kunjungan di sebuah kota di Jawa Timur, dalam perjalanan pulang,
terjadilah pengalaman buruk tersebut. Secara tiba-tiba, sebuah sepeda
motor nylonong begitu saja, menyebrang jalan di depan mobil saya, yang secara reflek
menginjak rem dengan keras. Tentu saja, karena nylonong dan jaraknya
sudah cukup dekat, tabrakan ringan tidak bisa di hindarkan.
Meskipun
cuma tabrakan ringan, percayalah akibatnya tidak akan pernah seringan
yang dibayangkan. Dan saya percaya 100 %, si bapak setengah baya
penunggang sepeda motor yang menyebrang jalan sembarangan itu sama
sekali tidak punya asuransi. Jangankan Prudential, Generali, atau Allianz, bahkan BPJS pun saya yakin beliau tidak punya. Paling banter
punya kartu KIS yang di bagikan gratis di era pemerintahannya pak
Jokowi itu.
Melihat si bapak yang terpincang-pincang menyeret
sepeda motornya melarikan diri menjauhi saya, sungguh saya tidak tega untuk
memperpanjang urusan. Meskipun mungkin, secara undang-undang saya lah
yang berada dalam posisi benar. Resiko di jalan, dan juga resiko kehidupan,
faktanya tidak melulu siapa benar siapa salah. Yang pasti, ketika resiko
itu terjadi; apakah itu karena kesalahan sendiri, atau kesalahan fihak
lain, atau bahkan karena takdir Tuhan menentukan seperti itu, pada
hakikatnya ada biaya yang harus di tanggung.
Dan saya sangat
bersyukur, diri saya tidak cedera, lecet sedikit pun tidak. Meski
sebagai agen asuransi, tentu saja saya juga punya polis asuransi dari
perusahaan terbaik di Indonesia, namun saya tidak akan cukup berani
menyombongkan diri dengan mencoba kegunaannya. Saya sudah sangat cukup
lega, hanya beberapa bagian mobil yang lecet, bemper depan yang pecah
dan harus diganti. Melihat kondisinya, saya percaya tidak kurang dari 3
juta rupiah, duit yang harus keluar sebagai biaya perbaikan. Dan sekali
lagi saya juga sangat yakin, fihak asuransi lah yang harus membayar
semuanya, sehingga duit segitu bisa saya hemat untuk di belikan beberapa
unit reksadana.
Sampai
disini kadang saya membayangkan, kalaupun toh mobil tidak saya
asuransikan, paling tidak saya masih sehat, masih bisa cari duit untuk
biaya perbaikan, paling tidak masih bisa cari pinjaman sana-sini. Lah,
terus bagaimana kalau resiko kecelakaan itu menimpa diri saya, yang
rusak bukan mobilnya tapi raga saya? Dan bagaimana juga jika saya tidak
punya asuransi? Apa masih bisa saya cari pinjaman sana-sini jika pas
tidak punya duit? Apakah seorang istri sanggup menanggungnya... Itu
sungguh berat sobat... Istri-istri kalian tidak akan sanggup , biarlah
asuransi saja yang menanggungnya.
COMMENTS